Selasa, 15 Desember 2015
Senin, 14 September 2015
Tips travelling to Kawah Ijen
Berikut merupakan beberapa travelling seru dan terjangkau untuk kamu yang mau travelling ke Kawah Ijen.
Ide untuk ke kawah ijen bermula dari cerita teman-teman yang sudah sempat kesana. Pengalaman mereka berbeda namun memiliki kesamaan pendapat tentang kawah Ijen, "AMAZING", kamu akan merasakan betapa Tuhan Maha Pecinta, Maha Indah, dan Maha Agung dengan segala ciptaannya.
Keputusanku untuk melalukan trip ke Banyuwangi ini terbilang sangat dadakan. Dengan merencanakan untuk pergi hanya berdua, yaitu dengan Andrea Merlo (Andi), kami tak pikir panjang untuk pack up malam harinya. Tidak berniat untuk mengajak siapa-siapa kecuali kami berdua.
Sebelum berangkat, kami mempersiapkan segala sesuatu mulai dari baju hangat, sepatu mendaki, buff/masker, matt, kaus kaki, perlatan mandi dan berenang, dan hp/kamera untuk mengabadikan momen.
Walaupun aku tidak tahu apakah aku akan kesana lagi atau tidak. Tapi momen ini akan berbeda dengan momen ketika aku kembali lagi kesana. Untuk itu alat dokumentasi harus dipersiapkan. Karena sebentar lagi aku ada janji dan belum tahu lagi kapan akan melengkapi, ini aku tulis cerita perjalanan dan tips dari awal sampai akhir perjalanan.
1. Jika ingin waw, cobalah ke Banyuwangi dengan transportasi publik, seperti kereta dan bis. saya berangkat dengan kereta karna disamping lebih cepat juga relatif mura, yaitu Rp 100.00,00 dari Jogja ke Banyuwangi (Stasiun Karangasem)
2. sampai sana malam hari jam 9, lalu kami menginap di depan stasiun Karangasem, yaitu toko kelontong bu Dewi yang memang menyediakan penginapan dengan harga relatif murah, Rp 50.000, 00 per malam
3. dengan mengumpulkan informasi via internet dan dari warga, termasuk keluarga Bu Dewi, besoknya jam 09.00 kami beranjak ke Pantai Boom. Pantai itu terletak tak jauh dari stasiun. Untuk kami travelling pada weekdays dan bukan pas hari libur. jadi suasana pantai sangat sepi dan pantainya pun sangat nyaman. kami menyempatkan untuk berenang dan berjemur sejenak. Pnatai Boom sangatlah asyik untuk berenang karna ombaknya yang tenang dan airnya yang cukup nyaman untuk berenang walau terkadang menemukan sampah plastik sana sini.
4. seusai dari pantai Boom, kami mempersiapkan diri perjalanan ke Kawah Ijen pada jam 13.00 siang yang akan memakan waktu satu jam untuk menuju ke Ijen. Namun sebelumnya kami sempatkan untuk mampir ke air terjun kembar dan air terjun antogan. air terjun antogan airnya lebih deras dan volume yang lebih besar. anda bisa melihat monyat di sekitaran air terjun antogan. Seru bukan?
5. lalu kembali melanjutkan perjalanan ke Ijen, tepatnya di Pal Tuding, yaitu tempat camp perkemahan. Untuk menuju ke Kawah Ijen, kami harus mendaki sebelum jam dua. Namun, kami belum makan siang pada waktu itu, lalu kami memutuskan untuk makan siangn sejenak dan berangkat, walau hampir dimarahin penjaga karna belum berangkat-berangkat dari tadi.
5. perjalanan ke puncak Ijen memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Suasana sore itu sangat lengang, kami hanya berpapasan dengan para penambang belerang. Setelah kami telusuri, hal itu biasa karna para pendaki kebanyakan melakukan pendakian pada pagi hari yaitu 01.00 dini hari. Namun kami ingin terus melanjutkan perjalanan untuk melihat sunrise.Setelah 2 jam perjalanan, sampailah kami di puncak ijen dan menikmati biasan cahaya dari sun set, lalu dengan semangat kami diantarkan pekerja belerang turun ke bawah. kami melihat biasa sinar matahari dari ujung kawah. Warna keemasan menyiratkan suasana damai, sekaligus sunyi. karna hanya ada kita bertiga disana. Buru-buru kami beranjak keatas lagi karna asap belerang yang bergerak kearah kami. lalu kami menunggu di pertengahan kawah untuk melihat bluefire. Sangat keren. Pemandangan yang unik dari alam.
Ide untuk ke kawah ijen bermula dari cerita teman-teman yang sudah sempat kesana. Pengalaman mereka berbeda namun memiliki kesamaan pendapat tentang kawah Ijen, "AMAZING", kamu akan merasakan betapa Tuhan Maha Pecinta, Maha Indah, dan Maha Agung dengan segala ciptaannya.
Keputusanku untuk melalukan trip ke Banyuwangi ini terbilang sangat dadakan. Dengan merencanakan untuk pergi hanya berdua, yaitu dengan Andrea Merlo (Andi), kami tak pikir panjang untuk pack up malam harinya. Tidak berniat untuk mengajak siapa-siapa kecuali kami berdua.
Sebelum berangkat, kami mempersiapkan segala sesuatu mulai dari baju hangat, sepatu mendaki, buff/masker, matt, kaus kaki, perlatan mandi dan berenang, dan hp/kamera untuk mengabadikan momen.
Walaupun aku tidak tahu apakah aku akan kesana lagi atau tidak. Tapi momen ini akan berbeda dengan momen ketika aku kembali lagi kesana. Untuk itu alat dokumentasi harus dipersiapkan. Karena sebentar lagi aku ada janji dan belum tahu lagi kapan akan melengkapi, ini aku tulis cerita perjalanan dan tips dari awal sampai akhir perjalanan.
1. Jika ingin waw, cobalah ke Banyuwangi dengan transportasi publik, seperti kereta dan bis. saya berangkat dengan kereta karna disamping lebih cepat juga relatif mura, yaitu Rp 100.00,00 dari Jogja ke Banyuwangi (Stasiun Karangasem)
2. sampai sana malam hari jam 9, lalu kami menginap di depan stasiun Karangasem, yaitu toko kelontong bu Dewi yang memang menyediakan penginapan dengan harga relatif murah, Rp 50.000, 00 per malam
3. dengan mengumpulkan informasi via internet dan dari warga, termasuk keluarga Bu Dewi, besoknya jam 09.00 kami beranjak ke Pantai Boom. Pantai itu terletak tak jauh dari stasiun. Untuk kami travelling pada weekdays dan bukan pas hari libur. jadi suasana pantai sangat sepi dan pantainya pun sangat nyaman. kami menyempatkan untuk berenang dan berjemur sejenak. Pnatai Boom sangatlah asyik untuk berenang karna ombaknya yang tenang dan airnya yang cukup nyaman untuk berenang walau terkadang menemukan sampah plastik sana sini.
4. seusai dari pantai Boom, kami mempersiapkan diri perjalanan ke Kawah Ijen pada jam 13.00 siang yang akan memakan waktu satu jam untuk menuju ke Ijen. Namun sebelumnya kami sempatkan untuk mampir ke air terjun kembar dan air terjun antogan. air terjun antogan airnya lebih deras dan volume yang lebih besar. anda bisa melihat monyat di sekitaran air terjun antogan. Seru bukan?
5. lalu kembali melanjutkan perjalanan ke Ijen, tepatnya di Pal Tuding, yaitu tempat camp perkemahan. Untuk menuju ke Kawah Ijen, kami harus mendaki sebelum jam dua. Namun, kami belum makan siang pada waktu itu, lalu kami memutuskan untuk makan siangn sejenak dan berangkat, walau hampir dimarahin penjaga karna belum berangkat-berangkat dari tadi.
5. perjalanan ke puncak Ijen memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Suasana sore itu sangat lengang, kami hanya berpapasan dengan para penambang belerang. Setelah kami telusuri, hal itu biasa karna para pendaki kebanyakan melakukan pendakian pada pagi hari yaitu 01.00 dini hari. Namun kami ingin terus melanjutkan perjalanan untuk melihat sunrise.Setelah 2 jam perjalanan, sampailah kami di puncak ijen dan menikmati biasan cahaya dari sun set, lalu dengan semangat kami diantarkan pekerja belerang turun ke bawah. kami melihat biasa sinar matahari dari ujung kawah. Warna keemasan menyiratkan suasana damai, sekaligus sunyi. karna hanya ada kita bertiga disana. Buru-buru kami beranjak keatas lagi karna asap belerang yang bergerak kearah kami. lalu kami menunggu di pertengahan kawah untuk melihat bluefire. Sangat keren. Pemandangan yang unik dari alam.
Minggu, 05 Juli 2015
Senin, 22 Juni 2015
Ngamen Seni
Ngamen, hal yang dilakukan untuk mendapatkan imbalan untuk sebuah persembahan, biasanya berupa seni. jenis seni yang biasanya kutemui adalah seni tarik suara dengan diiringi instrumen. Mengamen semacam itu bisa dengan mudah kita temui di jalan, di bis umum, bahkan di cafe atau tempat makan. Namun, bagaimana jika mengamen itu adalah beruba tarian? Jarang memang, apalagi di Indonesia. Penampilan tarian bisa menjadi oase ditengah kemuruman dan hiruk pikuk jalanan. Ngamen tari pernah kutemui sewaktu berjalan-jalan di tengah kota Perth, Australia Barat. Tarian tersebut bergenre brick dance dan dilakukan oleh laki-laki yang pada saat itu terkesan sangat ahli, dengan gerakan yang rumit dengan melekukkan badan dan tangannya serta melakukan gerakan kaki yang sangat halus. Impressive. Namun, ngamen tari semacam itu ternyata kutemui di kota keduaku, Yogyakarta.
Kisah ini berawal dari julukan Yogyakarta kota seni, dan memang terbukti adanya. Pertunjukan seni, pameran seni, bahkan workshop seni sangat mudah kita temui di kota pelajar ini. Pada periode ini sedang diadakan Art Jogja yang akan berakhir akhir Bulan Juni ini. Sekarang, penggiat seni tak hanya tampil di panggung yang megah dan terkonsep secara apik. Namun, sudah lazim ditemui di jalanan. Dengan membawa properti dan instrumen yang dibutuhkan beserta kantong untuk recehan cukup menggambarkan kalau ia sedang menjajakan kebolehan seninya. Mulai dari benar-benar mempunyai skill dasar seni sampai yang pas pasan pun bisa untuk tampil, karena tidak ada tim penyelenggara art performance. Hanya ada inisiatif yang muncul dari si pelakon.
Ngamen, hal yang tidak pernah kulakukan seumur-umur. Bahkan untuk acara kepanitiaan sekalipun. Namun ternyata aku melakukannya di usiaku yang beranjak 23 ini dengan komunitas bernama LOKA ART. Ngamen pertama kami lakukan pada tanggal 22 Juni tahun ini, yang berarti sudah memasuki bulan puasa. Aktivitas yang extra ordinary menurutku ini dimulai pada jam 21.00 disaat mayoritas muslim sudah berbuka puasa dan melakukan aktivitas ibadahnya. Dengan konsep yang sederhana, yaitu setiap penari bebas mengekspresikan gerakan artistiknya dengan diiringi jimbe, alat musik yang dipukul. Gerakan bebas ini memungkinkan penonton dapat menginterpretasikan tarian secara bebas menurut pemahaman mereka.
Untuk kali ini aku tidak mengikuti langsung proses menarinya, namun teman-teman yang mempunyai lebih banyak jam terbang dalam menari memulai terlebih dahulu. Ada Scholastica, Ginna, Dhian, Dian, Mima, Sabil, dan satu orang lagi yang kami temui di Malioboro bernama Hakim. Dia ikut nimbrung dengan kami dan memutuskan untuk bergabung ngamen seni setelah mengetahui konsep yang LOKA ART usung. Dan pentas dimulai. Luar biasa, teman-teman menari dengan penjiwaan yang kuat. Memang mayoritas mereka adalah performer, mulai dari tari tradisional, balet, latin, bahkan belly dance. Namun kali ini mereka tampil di jalanan, tempat yang sangat spontanitas bahkan bisa dibilang lusuh, sangat berbeda dengan saat mereka tampil di panggung yang apik, megah, tertata seperti biasanya. Yang menjadi perhatianku mereka tetap mau menghayati dan menyajikan yang terbaik. Hanya berdoa di performance berikutnya saat aku ikut tampil, bisa menyajikan yang terbaik juga seperti mereka. Latar belakang untuk membiayai acara LOKA ART ini yaitu berupa bina budaya dan workshop yang akan dilakukan akhir bulan ini. Ngamen akan dilanjutkan hari Rabu dan Jum'at. Semoga ngamen berikutnya sukses ya, dengan persiapan yang lebihmatang.
Semangat teman-tema LOKA ART!
keep awesome!
Jogja, 23 Juni 2015
Vinda Hanifah
Farewell Party AIYEP 2014 Margaret River
Rifle Butts Prevelly Beach. Disana
kami berkumpul untuk farewell party. Kami menikmati barbie bareng dan lebih
saling mengenal satu sama lain. Diam-diam aku kabur di antara kerumunan orang
dan pergi melihat pantai dan mengambil beberapa foto pantai yang sangat sepi
dan indah. Lalu naik ke atas untuk melihat pemandangan di bawah. Seru. Kemudian
kami tukar kado. Australian say that “Santa Irish” kita suruh ambil kado secara
random dan boleh swap kalau kita lebih menginginkan kado yang orang sudah dapet
giliran di depan lalu kami tutup dengan foto-foto cantik.
Langganan:
Komentar (Atom)


